The Shattered Light
Chapter 189: – Pecahan Janji dan Bayangan Lama

Chapter 189: – Pecahan Janji dan Bayangan Lama

Langkah kaki Kaelen terdengar berat di antara puing-puing. Sisa ritual pemurnian telah musnah, tapi tanah belum sempat mendingin. Udara masih berbau darah dan debu sihir yang meledak semalam. Tak jauh darinya, Lyra duduk di bawah reruntuhan pilar, tangannya menggenggam luka di sisi perut.

Kaelen menghampiri dan berlutut di sampingnya.

“Kau seharusnya istirahat,” katanya pelan.

Lyra tersenyum tipis, napasnya berat. “Kau juga. Tapi kita terlalu keras kepala untuk itu, bukan?”

Dia tertawa kecil, tapi segera batuk. Kaelen menahan dorongan untuk menahannya. Ia tahu, terlalu banyak luka yang tak bisa disembuhkan hanya dengan kekuatan atau mantra.

“Mereka bilang... ini kemenangan,” kata Lyra sambil menatap ke arah langit yang masih kelabu. “Tapi kenapa rasanya seperti kita baru saja kehilangan sesuatu yang tidak akan bisa kembali?”

Kaelen tidak menjawab.

Sementara itu, di sudut medan perang yang mulai lengang, Eryon berdiri sendiri. Ia memandangi tangannya—masih berlumur darah, meskipun sudah berkali-kali dicuci. Ia tidak tahu apakah itu darah musuh, atau bekas ingatan yang tak bisa dihapus.

Langkah cepat mendekatinya. Alden.

“Kenapa kau kembali?” tanyanya tajam. “Setelah semua yang kau lakukan... kau pikir kau bisa begitu saja berdiri di sini dan diterima?”

Eryon tidak menolak. Tidak marah. Hanya mengangguk pelan.

“Aku tidak minta dimaafkan. Tapi aku tidak bisa membiarkan mereka menghapus dunia ini untuk alasan yang bahkan mereka sendiri sudah lupa.”

Alden mendekat, matanya sempit. “Kau membunuh Serina.”

Hening.

“Ya,” jawab Eryon. Suaranya lirih. “Dan aku menyesalinya setiap hari.”

Alden menatapnya beberapa detik sebelum akhirnya menjauh. Tidak memaafkan, tapi juga tidak membunuhnya. Hanya menyisakan jarak yang terlalu lebar untuk dijembatani.

Di malam hari, sisa pasukan berkumpul di sekitar api unggun kecil. Wajah-wajah mereka tidak bersorak. Mereka duduk dengan kepala tertunduk, saling berbagi luka, saling berbagi diam. Kaelen berdiri di tengah mereka, mencoba mencari kata.

“Aku tahu kita lelah,” katanya akhirnya. “Dan aku tahu kalian tidak ingin mendengar pidato.”

Beberapa dari mereka mengangkat kepala. Ada yang terluka, ada yang kehilangan orang terdekat.

“Kemenangan hari ini bukan akhir. Elvior mungkin sudah hancur, tapi Ordo masih punya sisa-sisa... dan ideologi tidak mati hanya karena tokohnya gugur. Kita akan terus bertarung. Bukan hanya melawan mereka—tapi melawan apa yang mungkin kita jadi karena perang ini.”

Satu orang bertanya pelan, “Dan apa yang akan terjadi setelahnya, Kaelen? Kalau semua ini selesai... apa kau masih ingat siapa kau sebenarnya?”

Kaelen terdiam.

Lalu berkata, “Aku tidak tahu.”

Larut malam, Kaelen duduk sendiri di depan api. Lyra menghampirinya dengan langkah tertatih.

“Boleh duduk?”

Kaelen mengangguk.

“Dulu,” kata Lyra, “kau pernah bilang ingin melihat dunia yang damai.”

“Ya.”

“Apakah kau masih bisa membayangkan seperti apa bentuknya?”

Kaelen menatap bara api. “Aku takut tidak lagi.”

Lyra terdiam sebentar, lalu menyandarkan kepalanya ke bahunya.

“Aku masih bisa. Jadi... biarkan aku membayangkan untuk kita berdua.”

Kaelen menutup mata.

Dan dalam gelap, suara-suara masa lalu—tawa Serina, teriakan Varrok, senyum ibunya—semuanya berbaur, menghilang sedikit demi sedikit seperti abu yang tertiup angin.

Tapi satu suara bertahan.

“Kaelen,” bisik Lyra. “Apa pun yang hilang, aku masih di sini.”

Ia membuka mata. Menatap Lyra.

Dan untuk pertama kalinya dalam waktu yang sangat lama, ia membiarkan dirinya percaya, meski hanya sedikit.

Namun jauh di reruntuhan istana Ordo, di balik ruang bawah tanah yang terkunci, seseorang membuka mata.

Suara rantai berderak.

Senyum yang terlupakan perlahan muncul di wajah pucat itu.

“Jadi... mereka sudah mulai lupa.”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report