The Shattered Light
Chapter 162: – Retak yang Membelah Langit

Chapter 162: – Retak yang Membelah Langit

Kabut hitam menggantung di atas Benteng Eridros. Angin kering membawa aroma besi dan tanah terbakar. Pasukan Kegelapan berbaris diam di lereng curam, mata mereka menatap ke arah barisan terakhir Ordo Cahaya.

Di atas batu karang yang tinggi, Kaelen berdiri, jubah perangnya robek di beberapa bagian, wajahnya tertutup bayangan. Di sisinya, Lyra membisu, tombaknya digenggam erat. Sejak matahari terbit, dia belum berkata sepatah kata pun.

"Pasukan siaga penuh," Alden muncul dari balik bebatuan. "Mereka tidak akan bertahan malam ini."

Kaelen menatap ke bawah. Ribuan prajurit berdiri dengan pedang terhunus. Tapi di matanya, tak ada semangat. Hanya kehampaan.

"Apa kau masih ingat alasan kita bertarung, Kaelen?" tanya Lyra akhirnya, suaranya pelan tapi menusuk.

"Aku tak tahu lagi," bisik Kaelen. "Kadang aku berpikir... kita hanya jadi cermin dari kebencian yang dulu ingin kita lenyapkan."

Lyra menoleh. Tatapannya tajam. "Kau tidak boleh bicara seperti itu."

"Aku tak lagi ingat wajah ibuku. Namanya pun samar." Ia menatap langit. "Mungkin setelah ini, aku akan melupakanmu juga."

Diam.

Alden menunduk, tahu ini bukan tempatnya bicara. Tapi Lyra melangkah maju, mendekat.

"Kau tidak akan lupa aku, Kaelen. Bukan karena aku penting. Tapi karena aku adalah saksi semua yang telah kau korbankan. Aku bagian dari luka yang kau bawa."

Kaelen menoleh. Matanya memerah, tapi tidak karena emosi. Karena kekuatan dalam dirinya kembali bangkit—liar, tanpa kendali.

Di benteng Ordo Cahaya, Grandmaster Elvior berdiri di depan peta medan. Proyeksi cahaya menyorot garis serangan Kaelen.

"Mereka akan menekan dari tiga arah. Tapi pusatnya tetap di barisan barat—Kaelen sendiri akan memimpin," ujar seorang taktis.

Eryon berdiri di belakang, tenang, tapi matanya kelam.

"Kau yakin ingin ke sana?" tanya Elvior padanya. "Dia bukan lagi anak yang kau latih."

Eryon tersenyum hambar. "Justru karena itu aku harus pergi. Kalau bukan aku yang mengakhirinya... siapa lagi?"

Serangan dimulai. Malam menjerit dalam kobaran sihir. Kaelen menerjang benteng, menciptakan celah besar di dinding pertahanan. Setiap ayunan pedangnya menghancurkan satu regu lawan. Tapi dalam tiap dentuman, wajah-wajah masa lalu menghantuinya.

Serina, Lyra, Varrok—semuanya datang silih berganti dalam pikirannya yang mulai retak.

Dan saat Lyra menjerit namanya—benar-benar menjerit, bukan perintah atau taktik perang—Kaelen melepaskan kekuatan penuhnya.

Langit pecah. Pusaran energi mengangkat tubuhnya ke udara. Mata Kaelen memutih. Seluruh tubuhnya menyala.

"Apa itu Kaelen?" tanya salah satu prajurit dengan suara gemetar.

"Dia bukan Kaelen lagi... dia jadi sesuatu yang lain..." jawab Alden dengan pelan.

Lyra berlari ke arah cahaya, menerobos medan yang terbakar.

"KAELEN!" teriaknya. "KAU JANJI PADAKU—TIDAK AKAN HILANG!"

Namun Kaelen tak mendengar.

Dari reruntuhan gerbang, langkah kaki mendekat.

Eryon muncul. Tanpa senjata. Hanya jubah perang lusuh dan mata yang tajam.

"Turunlah, Kaelen," ucapnya.

Suara itu menembus kabut energi.

Kaelen berhenti melayang.

"Aku... kenal kau..."

"Ya. Aku gurumu. Temanmu. Dan kalau kau terus seperti ini... satu-satunya orang yang mungkin harus membunuhmu."

Kilatan energi berguncang.

"Aku tak mau melupakan lagi," lirih Kaelen.

"Kalau begitu, ingat rasa sakit ini. Ingat kehilanganmu. Dan jangan biarkan kekuatan itu mengambil semuanya."

Satu denyut cahaya besar meledak. Kaelen jatuh.

Tubuhnya terbanting di tanah. Tak bergerak.

Lyra sampai di sampingnya, lututnya berdarah, tapi ia meraih wajah Kaelen dan menatapnya erat.

"Aku masih di sini," bisiknya.

Kaelen membuka mata perlahan. Pandangannya kabur. Tapi suara Lyra... tetap sama seperti dulu.

"Aku... aku ingat sesuatu..." katanya pelan.

"Apa?"

"Suara hujan. Di desa dulu. Kau tertawa sambil berdiri di bawahnya."

Lyra menangis—senyum dan tangis bersatu.

Di kejauhan, Eryon menatap langit yang mulai jernih. “Masih ada harapan.”

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report