The Shattered Light
Chapter 117: – Yang Tersembunyi Dalam Celah

Chapter 117: – Yang Tersembunyi Dalam Celah

Ledakan itu seharusnya membunuh mereka semua.

Tapi saat Kaelen membuka matanya, ia masih hidup. Tubuhnya terbaring di atas tanah putih yang seperti tak punya batas. Langit di atasnya kosong, seperti kanvas tanpa warna. Dunia ini... tidak nyata.

Langkah kaki mendekat. Bukan Lucien. Bukan Serina. Bukan Alden.

Sosok berjubah hitam itu berdiri di hadapannya. Tidak punya wajah. Tidak punya suara.

Namun Kaelen bisa merasakan kehadirannya—seperti seseorang yang pernah ia kenal dalam mimpi buruk yang terlupakan.

“Siapa kau?” Kaelen bangkit, darah masih menetes dari sudut bibir.

Sosok itu tidak menjawab secara lisan. Tapi suaranya muncul... langsung di dalam pikirannya.

“Aku bukan Cahaya. Aku bukan Bayangan. Aku adalah apa yang tertinggal... saat keduanya hancur.”

Kaelen mundur setapak. “Kau... bagian dari Relik?”

“Aku adalah alasan Relik ada. Aku bukan kekuatan. Aku... kehampaan. Dan kalian telah membangunkanku.”

Dari balik kabut putih, muncul Serina dan Alden—tubuh mereka tertarik ke dunia ini, tapi mereka tampak beku. Tidak bergerak.

Lucien muncul paling akhir. Berlutut, luka terbuka di sisi tubuhnya. Tapi matanya terbuka lebar. “Aku... pernah membaca tentang ini,” bisiknya. “Dalam naskah terlarang Ordo lama. Kekuatan sebelum dualitas diciptakan...”

Kaelen menoleh ke sosok itu. “Apa yang kau inginkan?”

“Aku ingin akhir. Akhir dari Cahaya yang memaksa. Akhir dari Bayangan yang memakan. Aku ingin keheningan kembali.”

Sosok itu mendekat, satu tangan terangkat. Tidak mengancam. Tapi mengundang.

“Tinggalkan mereka. Bersama kekosongan, kau takkan lagi terluka. Tak akan ada lagi nama yang hilang. Tak ada cinta yang hancur. Tak ada ingatan yang kau sesali.”

Kaelen menatap tangannya sendiri—retak oleh energi Bayangan, masih berdenyut dengan cahaya yang ia tolak.

Lalu matanya beralih pada Serina, yang masih beku, tetapi air matanya membeku di pipi. Pada Alden, yang bahkan dalam ketidaksadarannya masih menggenggam belatinya.

Dan pada Lucien—yang kali ini, untuk pertama kalinya, tampak takut.

Kaelen menggertakkan gigi.

“Tidak.”

“Kenapa?”

“Karena rasa sakit adalah bukti bahwa kita pernah mencintai. Kehilangan adalah tanda kita pernah memiliki.”

Ia mundur satu langkah. “Kau adalah kehampaan. Tapi aku... adalah segalanya yang pernah kuperjuangkan untuk tidak hilang.”

Seketika, dunia itu mulai retak.

Sosok itu tidak marah—hanya... menyusut.

“Kau akan menyesalinya. Dunia kalian tak bisa diselamatkan oleh Cahaya atau Bayangan. Kalian membangun masa depan... di atas pasir bergerak.”

Lalu ia menghilang. Dan dunia runtuh.

Kaelen terbangun dengan jeritan. Di sampingnya, Serina memegangi lengan yang berdarah. Alden terbatuk, mengangkat wajah berdebu.

Lucien... tidak ada.

Kaelen bangkit, menggigil.

“Relik...?” tanya Serina.

Kaelen menunjuk ke tengah ruangan yang kini hanya menyisakan lantai retak.

“Tidak ada lagi Relik. Yang tersisa hanya... celah.”

Mereka berdiri di tepi lubang hitam kecil yang perlahan menyerap cahaya dan suara. Dunia tidak runtuh, tapi seolah... menunggu. Sunyi.

Alden berkata pelan, “Kalau bukan Cahaya. Bukan Bayangan. Maka apa?”

Kaelen menatap celah itu.

“Sesuatu yang lebih tua. Lebih lapar. Dan lebih... manusia.”

Serina menggenggam tangannya.

“Apa yang akan kita lakukan?”

Kaelen menarik napas dalam-dalam.

“Kita temukan Lucien. Kita cari sisa Relik yang lain. Tapi yang paling penting...”

Ia menatap mereka satu per satu. “...kita tetap jadi manusia. Apa pun yang akan datang, kita hadapi dengan pilihan, bukan ketakutan.”

Di suatu tempat jauh, dalam ruangan yang tak dikenali oleh peta mana pun, Lucien terbangun.

Di hadapannya, sosok berjubah itu berdiri lagi.

“Saudaramu memilih manusia. Kau... akan memilih apa, Lucien?”

Lucien menatap tangannya sendiri, yang kini bergetar.

Dan untuk pertama kalinya, ia tidak tahu jawabannya.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report