The Shattered Light
Chapter 104: – Cahaya dan Bayangan

Chapter 104: – Cahaya dan Bayangan

Getaran semakin kuat, dan pintu batu yang selama berabad-abad tertutup perlahan terbuka. Dari celahnya, cahaya keemasan memancar, bercampur dengan bayangan hitam pekat yang tampak berputar seperti asap hidup. Bisikan-bisikan yang sebelumnya lirih kini semakin jelas, seperti suara banyak orang berbicara dalam bahasa yang tidak dapat dimengerti.

Kaelen menggenggam pedangnya lebih erat. Matanya terpaku pada energi yang merembes dari balik pintu itu. Di sebelahnya, Serina bersiap dengan penuh kewaspadaan, sementara Alden tampak gelisah.

Eryon, yang berdiri beberapa langkah di depan Kaelen, menatap pintu dengan sorot mata penuh harap. "Inilah saatnya," bisiknya. "Relik Cahaya... akhirnya akan menjadi milik kita."

Kaelen melangkah maju, suaranya tegas. "Kau tidak tahu apa yang sedang kau buka, Eryon. Berhenti sebelum terlambat."

Eryon berbalik, ekspresinya mencerminkan amarah dan obsesi. "Berhenti? Setelah semua yang telah kulakukan? Setelah semua yang telah kukorbankan? Tidak, Kaelen. Aku tidak akan membiarkanmu menghalangi takdirku."

Sebelum Kaelen sempat membalas, pintu batu terbuka sepenuhnya dengan suara gemuruh, menampakkan ruangan luas di baliknya. Di tengah ruangan itu, di atas altar batu, sebuah artefak berbentuk bola kristal melayang, dikelilingi oleh pusaran cahaya dan kegelapan yang saling bertaut. Cahaya emas berdenyut dari dalamnya, sementara bayangan hitam seolah mencoba merayap keluar.

Serina menyipitkan mata. "Apa sebenarnya benda itu...?"

Alden menelan ludah. "Aku tidak yakin, tapi ini bukan hanya sekadar relik. Ini... sesuatu yang jauh lebih besar."

Eryon melangkah maju, matanya hanya tertuju pada bola kristal itu. "Ini adalah jawabannya. Cahaya yang murni, kekuatan yang akan membangun kembali dunia dari kehancuran."

Kaelen merasakan sesuatu yang tidak beres. Jantungnya berdetak lebih cepat, seolah peringatannya datang dari sesuatu yang lebih dalam dari sekadar naluri bertarungnya. "Jangan sentuh itu!"

Tapi sudah terlambat.

Eryon mengulurkan tangannya dan menyentuh bola kristal itu.

Dalam sekejap, ledakan energi menghantam seluruh ruangan. Kaelen, Serina, dan Alden terdorong ke belakang, menabrak dinding batu dengan keras. Angin yang berasal dari dalam ruangan berputar liar, membawa suara jeritan yang bukan berasal dari mereka.

Serina menatap Eryon dengan ngeri, jari-jarinya semakin erat mencengkeram gagang pedangnya. "Apa yang terjadi padamu...?"

Tubuh Eryon kini diselimuti cahaya keemasan yang berpendar tidak wajar. Namun, di sela-sela sinar itu, bayangan hitam menari-nari seperti cakar-cakar gelap yang berusaha merobeknya dari dalam. Matanya bersinar terang, tubuhnya melayang beberapa sentimeter di atas tanah. Cahaya dan kegelapan dari bola kristal itu tampak meresap ke dalamnya, mengubah aura tubuhnya.

Kaelen berjuang untuk berdiri, matanya terpaku pada perubahan mengerikan di hadapannya. "Eryon... apa yang telah kau lakukan?"

Eryon menoleh padanya, tetapi sesuatu dalam dirinya telah berubah. Matanya, yang dulu hanya berkilau dengan ambisi, kini berpendar dengan sesuatu yang lain—sesuatu yang lebih tua, lebih berbahaya.

Ia tersenyum. "Aku telah menjadi lebih dari sekadar manusia, Kaelen. Aku telah menjadi perwujudan dari Cahaya dan Kegelapan itu sendiri."

Tiba-tiba, Eryon mengangkat tangannya, dan dari telapak tangannya, gelombang energi melesat ke arah Kaelen.

Kaelen melompat menghindar tepat pada waktunya, tetapi serangan itu menghantam dinding di belakangnya, menciptakan retakan besar yang menjalar ke seluruh ruangan. Dinding-dinding kuil bergetar, serpihan batu mulai berjatuhan dari langit-langit. Udara dipenuhi debu dan energi yang berdesir liar, seolah tempat ini sendiri menolak keberadaan mereka.

Serina mencabut pedangnya dan maju. "Jika kau pikir kami akan membiarkanmu pergi dengan kekuatan itu, kau salah besar!"

Eryon hanya tertawa pelan. "Kalian masih belum mengerti, bukan? Ini bukan sekadar kekuatan. Ini adalah jalan menuju dunia baru."

Kaelen melirik ke arah bola kristal yang kini mulai retak. Cahaya dan bayangan dari dalamnya semakin liar, seolah tidak bisa lagi dikendalikan.

Alden berteriak. "Relik itu tidak stabil! Jika terus dibiarkan, ini bisa menghancurkan seluruh tempat ini!"

Kaelen menyadari bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus menghentikan Eryon sebelum semuanya terlambat.

Dengan satu gerakan cepat, ia mencabut pedangnya dan menatap Eryon dengan penuh tekad. "Kalau begitu, kita akhiri ini sekarang."

Saat Kaelen melesat ke depan, Eryon mengangkat tangannya. Sebuah ledakan cahaya dan bayangan bertabrakan di antara mereka, menciptakan percikan energi yang mengguncang lantai di bawah mereka. Pedang Kaelen bertemu dengan tangan Eryon yang kini bersinar dengan kekuatan Relik, dan untuk pertama kalinya, Kaelen merasakan tekanan yang hampir tak tertahankan.

Di dalam reruntuhan kuno yang bergetar, pertempuran yang akan menentukan masa depan dunia pun dimulai.

Tip: You can use left, right keyboard keys to browse between chapters.Tap the middle of the screen to reveal Reading Options.

If you find any errors (non-standard content, ads redirect, broken links, etc..), Please let us know so we can fix it as soon as possible.

Report